Senin, 22 Maret 2010

Autisme Dan Cacat Mental

Pada penyandang anak autis biasanya suka ditemukan adanya cacat mental. Ini bias menjadiu guncangan bagi orang tua jika diagnosa awal hanya menyebutkan “autisme” tapi pada saat yang sama tidak memberikan informasi yang diperlukan tentang berbagai cacat mental yang menyertainya.

Sebagian besar Penyandang autisme juga menderita cacat mental dalam tingkat sedang ataupun parah (60% memiliki IQ dibawah 50, sementara nilai 100 dianggap sebagai nilai rata – rata). Karenanya penting bagi para orang tuadan ahli untuk menyadari bahwa walaupun menggunakan program terbaik di dunia dengan penanganan para spesialis autisme yang sangat terlatih sekali pun, cacat mental tetap ada. Tingkat cacat mental menentukan tingkat harapan terhadap masa depan (tanpa menjadi terlalu fatalistis).

Orang yang menyandang cacat mental ringan mencapai nilai antara 52 dan 67 dalam tes IQ. Penyandag autisme dalam kelompok ini cendrung memiliki kemampuan yang paling beragam. Anak – anak autistic yang memiliki kemampuan “puncak” musical, sebagai contoh, mungkin bias antara lain menjadi penyetem piano. Bagaimanapun, karena hebatnya gangguan bericara mereka, hanya sedikit anak – anak autistik yang bisa mencapai tingkat fungsi terseut. Sebagian esar anak – anak autistik erfungsi pada tingkat keterbelakangan sedang atau parah.

Hal diatas merupakan spekulasi yang tak bersifat mutlak, ta[pi menawarkan sebuah garis besar perkemangan yang dapat digunakan seagai panduan yang realitas. Bagi para penyandang autisme, perhitungan tentang tingkat kemandiria dimasa depan seperti itu akan leih sulit karena adanya hambatan tambahan (kesulitan dalam komunikasi, pemahaman social dan imajinasi) yang menyertai autisme. Itu sebanya penting untuk dimengerti bagaimana kominasi gangguan – gangguan yang ada erdampak pada anak – anak penyandang autisme.

Sumber :

Theo, Peeters. 2004. Panduan Autisme. Jakarta : Dian Rakyat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar